Revolusi Seluler 1 Januari

  • 3 min read
  • Dec 29, 2020
Revolusi seluler

Berhasilnya uji coba teknologi GSM oleh Telkom pada 1 Januari 1994 telah mendorong lahirnya revolusi seluler di tanah air. Revolusi seluler telah membuka konektivitas masyarakat Indonesia terhadap dunia baru: mobilitas.

Tanggal 1 Januari akan selalu dikenang bagi masyarakat Indonesia sebagai tonggak penting lahirnya revolusi seluler. Pada saat itu, Telkom melakukan uji coba teknologi GSM yang sedang berkembang di Eropa untuk diterapkan di tanah air karena dinilai operationally proven & commercially proven, yang jadi cikal-bakal Telkomsel. Dengan masuknya Telkom ke teknologi GSM, masyarakat pun menyambut luas hingga penetrasinya di tanah air menempatkan Telkomsel sebagai anak usahanya menjadi sang penguasa pangsa pasar (market leader).

Revolusi seluler merupakan fenomena pertumbuhan jasa layanan seluler di tanah air. Revolusi seluler ini memicu konsumen untuk beralih dari fixed line untuk menggunakan layanan seluler karena dinilai lebih mudah dan modern. Revolusi seluler ini terjadi sepanjang pertengahan tahun 1980-an hingga pertengahan tahun 1990-an. Fenomena ini terjadi saat industri telekomunikasi sedang tumbuh, dan 90% pendapatan Telkom berasal dari jasa telepon.

Lalu, apa pemicu terjadinya revolusi seluler? Secara umum, kami melihat ada dua pemicu besar lahirnya revolusi seluler di Indonesia. Pertama, ini dipicu oleh perkembangan teknologi telepon genggam yang sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1984. Kala itu, Telkom bersama perusahaan swasta melakukan Pola Bagi Hasil dalam layanan Sambungan Telepon Bergerak Selular (STBS) NMT-450 dan AMPS. Kemudian, telepon seluler berbasis GSM pun semakin berkembang seiring perkembangan infrastruktur telekomunikasi di tanah air.

Kedua, seiring naiknya daya beli masyarakat dan perubahan gaya hidup, mereka mulai menginginkan layanan telepon seluler untuk menunjang mobilitasnya. Melihat tingginya pertumbuhan kelas menengah di tanah air, maka pemain telekomunikasi pun berlomba-lomba menyediakan layanan seluler. Satelindo, Elektrikindo Nusantara, Rajasa Hazanah Perkasa, Komselindo, Telekomindo Primabhakti, dan lainnya. Di Telkom sendiri, ini terlihat dari pertumbuhan jumlah pelanggan STBS Telkom yang tumbuh bagus pada tahun 1990-an. Pada 1990, jumlah pelanggan STSB mencapai 21.031. Selang lima tahun, tahun 1995, jumlah ini naik menjadi 88.568. Dengan demikian, revolusi seluler tak bisa dielakkan.

Revolusi seluler
Pembangunan BTS. Sumber foto di sini.

Teknologi dan Perubahan Gaya Hidup

Secara makro, industri telekomunikasi menghadapi perkembangan teknologi baru saat itu yakni kehadiran seluler analog dan digital. Adanya teknologi baru ini mendorong seluruh perusahaan telekomunikasi untuk mengadopsinya. Ini yang kami sebut sebagai fenomena revolusi seluler. Sejak itu, NMT-450, AMPS dan GSM pun berkembang.

Lalu, Telkom pun menghadapi tantangan dari sisi regulasi. Berdasarkan UU No. 3 1989 Tentang Telekomunikasi, Pemerintah mengizinkan swasta untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar. Syaratnya, swasta wajib bekerjasama dengan badan penyelenggara yang ada seperti Telkom dan Indosat melalui usaha patungan, kerjasama operasi atau kontrak manajemen. Dengan demikian, keran kompetisi pun pelan-pelan mulai dibuka oleh Pemerintah. Sejak itu, lahirlah perusahaan-perusahaan swasta yang mulai bermain di teknologi seluler.

Teknologi seluler diperkenalkan pertama kali di Indonesia ialah pada tahun 1984. Teknologi seluler yang pertama kali dikenalkan adalah first generation (1G) dengan meluncurkan NMT-450 dan AMPS. Teknologi ini dikenalkan oleh TELKOM bersama operator lain seperti Rajasa Hazanah Perkasa (RHP), Elektrindo Nusantara (EN), Centralindo Panca Sakti (CPS), dan Telekomindo Prima Bakti (TPB). Sayangnya, layanan seluler 1G ini masih bersifat analog, data terbatas dan harga telepon selulernya sendiri masih belum terjangkau.

Revolusi seluler
Pemain Telkomunikasi 1990-an.

Lalu, industri telekomunikasi berkembang seiring diimplementasikannya teknologi digital second generation (2G) dan GSM di tanah air pada tahun 1993. GSM diperkenalkan pertama kali oleh Satelindo dan Telkom. Kala itu, Satelindo hanya memiliki area operasi di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kedua wilayah dinilai sebagai pasar yang menarik karena memiliki jumlah penduduk besar dan daya beli yang banyak.

Telkom sendiri melakukan pilot project GSM di Batam dan Bintan. Pilot project ini didukung oleh Menteri Riset dan Teknologi RI kala itu yakni B.J Habibie. Kesuksesan pilot project ini pun membuat Pemerintah mendorong Telkom untuk memperluas layanan GSM ke wilayah lain. Telkom pun mendirikan Telkomsel pada 26 Mei 1995. Pada 1997, Telkomsel sukses melayani kebutuhan layanan GSM di seluruh wilayah di Indonesia. Dengan kemunculan GSM ini, revolusi seluler pun kian masif.

Di samping itu, secara ekonomi, pertumbuhan Indonesia sedang bagus yaitu rata-rata 7%, dan ini masuk dalam jajaran tertinggi di Asia. Selain itu, secara sosial, gaya hidup masyarakat mulai berubah karena didorong oleh daya beli, dan secara politik kekuasaan Soeharto masih dominan sehingga cenderung stabil.

Dari sisi pasar, kondisi masyarakat Indonesia saat itu sedang mengalami peningkatan daya beli dan jumlahnya (market size) begitu besar. Populasi penduduk Indonesia waktu itu mencapai 190 juta jiwa atau terbesar keempat di dunia. Sementara itu, PDB per kapita masyarakat mengalami peningkatan 15,8% per tahun sejak 1991 hingga 1995. Pada 1995, PDB per kapita masyarakat mencapai Rp1,96 juta. Hal ini menempatkan posisi Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan China dan India. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa daya beli konsumen Indonesia sudah cukup tinggi pada waktu itu.

Naiknya daya beli ini membuat gaya hidup masyarakat mulai berubah. Layanan telepon dan seluler pun mulai menjadi kebutuhan baru, karena mereka membutuhkan akses komunikasi. Tingginya animo masyarakat terhadap telekomunikasi membuat jumlah pelanggan seluler Telkom berkembang pesat. Pada tahun 1990, jumlah pelanggan STSB mencapai 21.031. Pertumbuhan jumlah pelanggan STSB ini rata-rata mencapai 30% sejak 1990-an hingga 1995. Pada 1995, jumlah pelanggan STSB sudah naik mencapai 88.568 (Prospektus IPO Telkom 1995).

Sumber foto: Good News From Indonesia & Investory Daily

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *