The Authentic Lawyer: Hotman Paris Hutapea

  • 6 min read
  • Dec 02, 2020

Dikenal sebagai pengacara glamor, Hotman Paris Hutapea menilai dirinya selalu tampil apa adanya. Inilah yang disebut sebagai the authentic lawyer.

Sejak beberapa bulan ini, saya sedang melakukan riset dan menulis sebuah buku tentang Hotman Paris Hutapea. Banyak orang mungkin melihat sosoknya terlalu vulgar, berani, BTL (Batak tembak langsung), dan sexism. Tetapi, saya pribadi melihatnya sebagai orang yang otentik. Mengapa? Dari banyak pernyataannya, ia selalu mengatakan tidak ingin terlihat sebagai orang munafik.

Menurutnya, hidup yang bahagia itu berasal dari otentisitas (authenticity). “Hidup itu kalau tidak penuh kemunafikan, kau akan bahagia. Biarkan apa adanya,” ujar Hotman. Sebaliknya, kemunafikan (inauthenticity) ialah sumber ketidakbahagiaan. Mengapa? Kepalsuan hanya akan menciptakan “ketakutan sendiri” terhadap persepsi atau nyinyirnya orang lain, sehingga orang rela memoles dirinya dan menjadi tidak otentik.

Apabila melihat perilakunya, Hotman Paris Hutapea selalu tampil apa adanya. Hidupnya mengalir tanpa tekanan. Ia selalu mengatakan no KW (imitasi). Tampil mewah, ia tak sungkan. Foto dengan perempuan cantik, ia tidak takut dinilai sebagai “buaya darat”. Tampil sederhana di Kopi Johny untuk memberikan konsultasi hukum, ia pun suka. Untuk itu, saya melihat personalitas Hotman itu otentik, tidak dibuat-buat alias orisinil. Saya pun menyebutnya sebagai the authentic lawyer.

Bagi Hotman, otentik itu sama dengan tidak KW atau palsu. Selama ini, di kalangan masyarakat kita, lumrah masyarakat yang pamer, tetapi kenyataannya palsu. Mereka bergaya hidup mewah, tetapi sejatinya belum tentu mewah. Dalam buku Keep it Fake (2015), banyak orang yang rela mempertahankan kepalsuan demi ambisi tertentu. Padahal, kepalsuan itu bisa menyebabkan depresi karena orang akan dikejar-kejar oleh halusinasi sendiri dan persepsi orang lain. Dengan demikian, orang yang penuh kepalsuan seringkali hidupnya tidak bahagia.

John Smith, dalam bukunya The Authentic Man (2015), mengatakan bahwa sumber ketidakbahagiaan ialah kepalsuan atau kemunafikan. Mereka seringkali terperangkap oleh pandangan orang (outward) atau tatanan masyarakat yang bias “more is better” (to be more, have more, do more), sehingga mereka terdorong oleh tindakan untuk melakukan yang belum tentu sesuai yang ingin dilakukan. Jika tidak mereka lakukan, mereka akan malu (shame). Menurut John Smith, malu ini adalah sumber depresi (depression) dan kecanduan (addiction).

Sebaliknya, menurut John Smith, dengan menjadi otentik, kita akan hidup dalam keadaan bahagia, tenang dan puas (fulfillment). Kita pun dapat menemukan tujuan dalam hidup (where you are going) dan bagaimana cara mencapainya (how you are going to get there). Hidup pun akan bebas dari ikatan masa lalu (free from the bonds of your past experiences). Tidak ada ketakutan, rasa malu, ragu menjadi diri sendiri. Dengan kata lain, benar apa yang dikatakan dikatakan Hotman bahwa kebahagiaan lahir dari orang yang tidak munafik.

Apa Itu Otentik?

Menurut buku Building Brand Authenticity (2009), Michael Beverland mengatakan bahwa kata authentic berasal dari bahasa Latin yakni authenticus dan Yunani authentikos. Otentik berarti bisa diterima (worthy of acceptance), dihormati karena kemampuannya (authoritative), dapat dipercaya karena kejujuran (trustworthy), bukan khayalan/rekaan (not imaginary), bukan palsu atau tiruan (not false or imitation), dan asli (original). Dengan perspektif ini, otentisitas ditentukan oleh otoritas atau kepakaran.

Hotman Paris Hutapea
Hotman Paris Hutapea. Sumber di sini.

Saya merangkum beberapa poin yang kerap dikatakan oleh Hotman Paris Hutapea tentang otentisitas.

#1 Otentik itu tidak munafik alias tidak sok moralis. Hotman Paris Hutapea kadangkala menemukan orang yang kerap menceramahi orang lain, seolah-olah dirinya paling baik, bermoral dan lain tidak. Kenyataannya, orang yang mengaku bermoral kerap munafik atau tidak melakukan apa yang dikatakan (walk the talk).

#2 Otentik itu no KW. Dalam bahasa pelapak online, No KW itu artinya tidak tipu-tipu. Demi pengakuan orang kalin, kerapkali orang memaksakan penampilan atau gaya hidup yang berlebihan. Padahal kemampuan dan daya belinya tidak bisa memenuhi kebutuhan hasrat gaya hidupnya.

#3 Otentik itu apa adanya, bukan pesolek yang penuh lipstik atau gincu untuk memoles penampilannya. Dalam konten media sosialnya, Hotman Paris Hutapea kerap menyindir beberapa lawan pengacaranya yang kerap berpenampilan mewah, tetapi sesungguhnya tidak. Hanya demi penampilan yang terlihat wah, mereka rela hidup dengan kepalsuan yang ditutupi oleh polesan.

Bagaimana para ahli mendefinisikan tentang otentik? Dalam buku Louder than Words (2015), Todd Henry mengatakan bahwa otentik ialah unique voice. Setiap orang punya keunikannya, sehingga ia punya aspirasi yang disuarakan sendiri. Sementara, voice sendiri diterjemahkan sebagai ekspresi ide (idea)yang dibuat melalui medium (platform) sehingga menghasilkan dampak yang diinginkan (impact).

Lalu, mengapa otentik itu penting? Todd Henry menyebutkan ada beberapa keunggulan yang dimiliki kepribadian otentik. Pertama, mereka tidak menjadi fotokopian terhadap orang sekitarnya (faded photocopy). Mereka bisa menampilkan suaranya sendiri (unique voice) melalui ekspresi diri, pekerjaan yang digeluti dan cita-cita yang ingin dicapainya.

Kedua, jika kita membaca sejarah, tokoh-tokoh hebat lahir karena mereka otentik. Berani berbeda dengan orang di sekitarnya (peers). Berani menyuarakan hati nurani sendiri, menggalang kekuatan secara mandiri dan mampu menciptakan dampak sosial yang hebat. Dengan demikian, tidak ada tokoh besar sejarah yang lahir dari fotokopian dari orang-orang sekitarnya.

Bagaimana menilai seseorang itu otentik? Dengan tampilan merakyat dan wajah ndeso, Jokowi yang dulu dikira orang itu otentik, ternyata banyak sisi paradoks yang terungkap. Bahkan Ben Bland menyebutnya sebagai bundle of contradictions. Untuk melihat otentisitas Hotman, kita bisa menggunakan konsep the voice engine yang diungkapkan Todd Henry.

The Voice Engine

Bagaimana orang bisa memiliki otentisitas? Todd Henry melihat bahwa orang yang otentik ialah memiliki identitas yang mendorong kekuatan untuk bekerja (identity), memiliki visi untuk mengetahui dampak apa yang diinginkan (vision) dan mempunyai keterampilan yang dapat menerjemahkan ide ke aksi (mastery). Mereka yang otentik dapat menjawab tiga pertanyaan ialah: identity (“who are you?”), vision (“where are you going?”) dan mastery (“how will you get there?”).

A strong, authentic, compelling voice is the expression of identity, guided by vision, and achieved through mastery,” tulis Todd Henry. Dalam perspektif berbeda, bila kita mengutip buku Start with Why (2011) oleh Simon Sinek, identity itu “why”, vision adalah “what” dan mastery ialah “how”.

Identity itu merepresentasikan aspirasi diri sendiri: suara hati (authentic voice), kompas batin (inner compass), gerak batin (intuition), pemikiran (intuitive thoughts), cara melihat sesuatu (perspective), pandangan hidup (point of view), keyakinan terdalam (deep belief), pertentangan dalam diri sendiri (inner dialogue), mendengarkan kata batin (silent listening), pengalaman pahit-manis yang membuat orang semakin paham tentang dirinya sendiri (“through-line”), dan lainnya.

Vision ialah menggambarkan apa yang ingin kita capai. Untuk itu, ia merepresentasikan siapa target yang kita sasar, tujuan jelas yang hendak dicapai (clear purpose), apa yang Anda pedulikan (what you care about), dll. Vision adalah tentang “Where are you going?”. Tanpa visi, kita tidak akan jelas apa yang hendak dituju. Dengan visi, kita akan dipandu untuk mencapai tujuan tertentu.

Supaya “our voice” bisa make it happen dan berkontribusi maka diperlukan suatu kemahiran atau mastery. Identity + Vision – Mastery= Not Credible. Oleh karena itu, setiap orang diharap mengasah keterampilan dan pengalamannya agar bisa menjadi sebuah pembeda. “Brilliant contributors know that an opportunity exists only if they are able to recognize it and take advantage of it. In order to use your voice in ways that matter, you have to hone your skills so that you are prepared to jump on opportunities as they emerge,” lanjut Todd Henry.

Antara identity, vision dan mastery ini saling melengkapi, tidak dapat terpisahkan. Jika dirumuskan secara sederhana, akan terlihat seperti di bawah ini.

Mastery + Vision – Identity = Not Called

Identity + Vision – Mastery = Not Credible

Identity + Mastery – Vision = Not Clear

Identity + Vision + Mastery = Compelling

Mahatma Gandhi adalah salah satu contoh tokoh sederhana yang dapat dikategorikan otentik. Oleh penulis biografinya, ia disebut sebagai ambisi yang telanjang (naked ambition). Mengapa? Gandhi memang telanjang dan apa adanya. Bila kita menggunakan tiga ukuran identity, mastery dan vision, akan terlihat jelas bahwa satu sama lain saling berkaitan.

Secara identity, Gandhi adalah orang India yang kuat dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu. Ia memiliki kapabilitas sebagai advokat. Visinya adalah membebaskan India dari cengkraman jajahan Inggris. Karena ajaran Hindu yang mengutamakan nirkekerasan, maka Gandhi melakukan kampanya antikolonialisme dengan cara antikekerasan, dan jalur bantuan hukum adalah salah satu gerakan Gandhi.

Selain itu, secara identity, Gandhi melihat India merupakan negara dengan penduduk besar dan punya potensi untuk menjadi pemain industri manufaktur tekstil. Karena cengkraman jajahan Inggris, industri tekstil India dikepung oleh barang impor dari Inggris. Ini melecut Gandhi untuk menggerakkan masyarakat melalui kampanye pembakaran tekstil asal Inggris dan menggas untuk membuat baju dari tangan sendiri. Tujuannya agar India dapat berdikari membangun industri tekstil sendiri (vision). Kedudukannya yang terhormat di dalam agama Hindu (mastery) membuat anjurannya itu diikuti oleh banyak orang, sehingga ditakuti oleh pemerintah kolonial Inggris.

Dengan demikian, menurut oleh Todd Henry bahwa apa yang dilakukan oleh orang otentik akan menghasilkan gema yang melebihi apa yang dikatakannya (louding than words). This is the power of authenticity. Saat Gandhi meninggal, semua orang India dan masyarakat Barat pun sangat menghormatinya.

Hotman Paris Hutapea merupakan sosok yang punya sejarah relatif menarik. Apabila kita menggunakan konsep the voice engine Todd Henry, maka akan terlihat bahwa sejauhmana otentisitas Hotman.

Pertama, dari sisi identity, Hotman Paris Hutapea mengaku bahwa dirinya menjadi pengacara karena “born to be a lawyer”. Meskipun awal hijrah ke Bandung Hotman lebih memilih ITB, tetapi akhirnya ia menjalani kuliah di Fakultas Hukum Universitas Parahyangan. Karena merasa dilahirkan sebagai pengacara, Hotman memiliki cita-cita untuk menjadi one of the best lawyer di Indonesia. Lalu, dengan pencapaian yang ada, karena merasakan susahnya akses masyarakat terhadap bantuan hukum, Hotman pun sering menyelenggarakan sesi coaching dan assissting terhadap korban perkara dari kalangan status ekonomi menengah-bawah.

Kedua, dengan spirit Kopi Johny-nya, Hotman Paris Hutapea memiliki mimpi agar masyarakat bisa mengakses bantuan konsultasi hukum secara free. Setiap hari Sabtu dan Minggu, sebelum Covid-19, Hotman kerap membuka konsultasi bantuan hukum dan mengumumkannya di media sosial. Dengan follower-nya yang cukup banyak dan lingkaran perkenalan yang luas, hampir banyak kasus dengan cepat viral dan secara langsung membantu proses penanganan kasus.

Lalu secara personal, Hotman Paris juga memiliki impian agar anak-anaknya kelak mengikuti jejaknya sebagai pengacara. Karena itu, ia rela mengeluarkan koceknya untuk menyekolahkan di sekolah terbaik sekaligus menjadi mentor untuk anak-anaknya di kantor. Tujuannya meningkatkan jam terbang penanganan perkara.

Ketiga, semua visi itu bisa dicapai jika memiliki kemahiran atau keterampilan. Sejak bekerja di kantor firma Makarim & Taira S, Hotman memiliki spesialisasi di corporate law dan international litigation. Sejak reformasi, namanya mencuat terkait perkara kepailitan, dan Hotman termasuk orang yang menguasai di area ini. Dengan modal kompetensi ini, Hotman menjadi pengacara ternama yang kerap dipercaya oleh konglomerat. Ia dikenal sebagai pengacara yang disukai oleh konglomerat lokal dan ditakuti pengusaha asing.

Dengan demikian, di tengah gaya hidup glamor dan suka pamer, tak salah apabila kita bisa melihat sisi kehidupan Hotman sebagai the authentic lawyer.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *