Quiet Leadership, Diam-Diam Menghanyutkan

  • 2 min read
  • May 24, 2024

Quiet leadership adalah istilah yang menggambarkan gaya kepemimpinan tenang, halus (soft) kalm, tidak berisik (noiseless), tetapi membawa result dan legacy yang efektif. Ini berbeda dengan gaya kepemimpinan yang unquiet atau extrovert, cenderung banyak bicara, determinan, suka nge-push, kadang tempramental, dan lainnya. Pertanyaannya, salah satu gaya lebih efektif memberikan hasil (result) dibandingkan lainnya?

Kenyataannya, quiet leadership cenderung dianggap lemah (weak), dan sebailiknya orang extrovert dinilai ideal. Padahal menurut studi Susan Cain, quiet power itu nyata. Dalam bukunya Quiet (2012), menemukan banyak tokoh hebat dan jenius justeru dari latar belakang introvert seperti Isaac Newton, Albert Einstein, Mahatma Gandhi, Marti Luther King, dan lainnya. Misalnya yang menonjol Mahatma Gandhi. Sebagai pemimpin, Gandhi itu sederhana, tenang, halus, dan tidak berapi-api jika berpidato. Tetapi, hasilnya, Gandhi mampu mengubah India dan dunia. “In a gentle way, you can shake the world,” ujar Gandhi.

Oleh karena itu, menurut Susan, quiet leadership itu adalah hidden superpower. Kekuatan tersembunyi, yang bisa meledak menghasilkan kinerja ataupun ide-ide luar biasa. Mereka itu thinker.

Contoh menarik di bidang olahraga tentang gaya kepemimpinan quiet leadership adalah Carlo Ancelotti. Ketika membaca gaya kepemimpinan Carlo Ancelotti Quiet Leadership (2016) ini menarik bagaimana ia menampilkan seni memimpin yang efektif dalam memberikan hasil. Don Carlo, adalah pelatih sukses di Eropa dengan pembawaan tenang, yang berbeda dari figur Sir Alex Ferguson, Jose Mourinho, dan lainnya. Dengan ketenangannya, prestasi Don Carlo tidak kalah dengan capaian mereka. Ia berhasil membangun culture, kekeluargaan, loyalitas, talenta-talenta, dan lainnya. Terbukti, Don Carlo telah banyak menyabet trofi bersama klub yang dibela ataupun ditanganinya.

Ketika kepemimpinan Carlo Anceloti dinilai terlihat tenang (quiet), sebagian orang menganggapnya lemah. Ia memang tidak terlihat ambisius, tempramental, atau ekspresif seperti Jose Mourinho ataupun Sir Alex Ferguson yang dianggap orang identik kuat dan target-oriented man. Maka, ketika leadership style Anceloti dianggap lemah, ia justeru menanggapinya dengan santai. “When you watch Vito Corleone in The Godfather, do you see a weak, quiet man or do you see a calm, powerful man in charge of his situation?

Untuk itu, dengan perumpamaan dari figur Don Vito, Don Carlo tampaknya tidak ingin ambil pusing terhadap kritik gaya kepemimpinannya. Don Carlo berpenampilan tenang, tetapi pencapaian prestasinya di liga-liga top Eropa sulit untuk ditandingi.

Karena itu, dengan istilah yang familiar di Indonesia, quiet leadership ini penulis terjemahkan bebas sebagai seni kepemimpinan diam-diam menghanyutkan. Ibarat sungai yang tenang, tetapi airnya dalam dan arus sungai dibawahnya relatif bisa menghanyutkan orang yang tidak bisa renang. Seperti berkaca pada figur Don Carlo, dia tenang, tetapi menghanyutkan. []

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *