The Activist Leader

  • 2 min read
  • Jun 08, 2024

The activist leader adalah konsep kepemimpinan yang memiliki cara berpikir ala aktivis untuk menggolkan isunya. Konsep ini dikemukakan oleh Lucy Parker & Jon Miller dalam bukunya The Activist Leader: A New Mindset for Doing Business (2023). Dan, hasil dari percakapannya dengan banyak tokoh CEO di berbagai perusahaan kelas dunia, Lucy dan Jon berkesimpulan bahwa ini merupakan gaya kepemimpinan baru yang saat ini dibutuhkan oleh perusahaan.

Para pemimpin bisnis saat ini mayoritas adalah target aktivisme daripada seorang aktivis. Maka, kata aktivis dan bisnis seolah tidak biasa atau aneh digabungkan. Padahal, jika kata aktivis dan bisnis digabungkan akan memiliki dorongan perubahan kuat. Buku ini bercerita tentang para pemimpin bisnis yang memiliki dorongan untuk ‘memanfaatkan perubahan‘. Pemimpin yang melihat isu-isu sosial di sekitar mereka dan menanyakan intervensi apa yang paling mungkin memicu perubahan positif. Inilah the activist leader.

Mengapa The Activist Leader

Saya menangkap ada tiga alasan mengapa the activist leader itu penting. Pertama, terjadinya krisis di berbagai bidang, seperti lingkungan, isu pekerja, kemanusiaan, dan lainnya, adalah krisis yang harus dihadapi oleh CEO. The activist leader memiliki mindset dan kepedulian terhadap berbagai isu krusial dewasa ini. “We live in a time of growing crises, and we need business leaders who are capable of recognising these new realities, who understand where they fit in and what they need to do to help,” tulis Lucy.

Kedua, berbagai krisis yang dihadapi itu menuntut CEO di perusahaan bukanlah sekadar menghasilkan financial value, melainkan juga societal value. The activist leader memiliki mindset untuk menghasilkan societal value dan financial value dalam menjalankan strategi korporasi. “To be a successful business leader in today’s world you are expected to deliver societal value alongside financial value,” tulisnya.

Ketiga, memiliki latar belakang sebagai campaigner, para aktivis dinilai memiliki kemampuan untuk memobilisasi berbagai resources untuk menyukseskan isu yang dikampanyekan. Oleh karena itu, the activist leader merupakan leadership style baru yang diperlukan korporasi untuk membantu menyukseskan isu yang harus dituntaskan dengan kemampuan memobilisasi sumber daya.

Keempat, para aktivis dinilai memiliki daya juang (resilience). Ini dikarenakan mereka memiliki komitmen sebagai sumber daya tahan dari dalam (inner resilience) yang membuat mereka tidak mudah menyerah, bahkan berani menghadapi risiko besar bagi dirinya. “And the strength of their commitment becomes a source of great inner resilience,” tulis Lucy dan Jon.

Kelima, para aktivis memiliki pandangan melihat masa depan. Tidak hanya jangka pendek, melainkan juga horizon jangka panjang. Mereka dinilai punya kekhawatiran besar di masa depan. Untuk itu, tidak jarang mereka membawa isu-isu masa depan dikampanyekan hari ini. “They look at a longer time horizon, not only through the narrow focus on near-term outcomes – quarterly results, seasonal sales figures, next week’s headlines,” ujarnya.

So, menurut Anda, apakah the activist leader ini penting di era bisnis ke depan? []

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *