Horman Paris: Born To Be A Lawyer

  • 3 min read
  • Dec 13, 2020
Born to be a lawyer

Meskipun secara biologis Hotman Paris bukanlah keturunan seorang pengacara, tetapi kemampuannya menangani perkara hukum membuatnya merasa born to be a lawyer.

Dalam setiap kesempatan, apabila Hotman ditanya mengapa memilih menjadi pengacara, ia pasti menjawab karena “born to be a lawyer”. Artinya, ia dilahirkan memang sudah jadi suratan takdir untuk menjadi pengacara. Seperti halnya seorang raja, ia dilahirkan memang untuk memerintah. Meskipun Hotman Paris tidak memiliki “darah biru” sebagai pengacara dari keluarga orang tuanya, ia sangat meyakini bahwa kehadirannya di dunia memang ditakdirkan sebagai pengacara.

Bila harus mengikuti garis genealogis keturunan, sebenarnya yang paling tepat mengucapkan “born to be a lawyer” ialah ketiga anaknya Hotman Paris. Pasalnya, mereka memang didorong oleh sang ayah untuk menjadi pengacara, dibimbing langsung oleh Hotman, dan mereka bekerja di firma hukum secara profesional.

Akan tetapi, karena kita tidak berpatokan pada garis biologis yang kaku, maka born to be a lawyer memang layak disematkan pada Hotman bila kita melihat sepak terjangnya di dunia lawyer. Dipercaya menangani perkara-perkara besar, berhadapan melawan pengacara-pengacara top serta diakui oleh media nasional ataupun internasional adalah bukti bahwa Hotman itu born to be a lawyer. Lalu, kapan Hotman merasa percaya diri bahwa ia terlahir sebagai pengacara?

Terlahir Saat Kuliah

Hotman percaya bahwa dirinya sudah ditakdirkan dilahirkan sebagai pengacara. Ini ia sadari ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Parahyangan (Unpar). Ia merasa bahwa setiap matakuliah yang disampaikan oleh dosen begitu mudah ditangkap, sehingga terbersit bahwa dirinya mungkin dilahirkan sebagai pengacara.

Pada awalnya, Hotman Paris saat mendaftar universitas ia memilih Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebagaimana kebanyakan orang pada umumnya berharap bahwa mereka bisa diterima kuliah di Bandung. Dengan titel yang diraih dan harapan masa depan kehidupan ekonomi yang lebih baik itu, mereka bisa melakukan mobilitas sosial secara vertikal. Sayangnya, meskipun Hotman dikenal siswa yang cerdas, harapan masuk kuliah di ITB tidak terwujud. Ia pun mendaftar di FH Unpar, dan di kampus inilah Hotman menjadi seorang pengacara.

Dengan durasi kurang dari empat tahun, Hotman berhasil lulus di FH Unpar. Ia menjadi salah satu lulusan terbaik. Setelah itu, ia memilih bekerja di kantor pengacara OC Kaligis Jakarta. Dalam tiga bulan, Hotman pun pindah ke kantor pengacara Adnan Buyung Nasution & Partners (ABNP). Di sini, ia menemukan dunia pengacara yang levelnya mendunia: berpenampilan parlente, bekerja bersama bule, kendaraan mewah, dan lainnya.

Goyah Selepas Kuliah

Meskipun saat mahasiswa sudah merasa yakin bahwa dirinya born to be a lawyer dan sempat bekerja di dua kantor pengacara ternama, justeru Hotman pernah tergoda untuk bekerja di institusi Pemerintah yang aktivitasnya bukanlah berkaitan dengan hukum. Saat itu, Hotman bekerja di ABNP pada 1982, dan ia ditawari pekerjaan oleh guru besar Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Prof. Subekti untuk mengabdi di Bank Indonesia (BI).

Ketika bekerja di BI, itu merupakan bagian dari upaya mencoba bahwa dirinya layak tidak menjadi pengacara atau tidak. Ternyata, Hotman merasa bahwa dirinya tidaklah bisa bekerja di bank sentral Pemerintah ini. Pasalnya, ia merasa bahwa ekonomi dan keuangan bukanlah bidang yang digelutinya. Ia pernah hampir bunuh diri karena merasa tidak sanggup bekerja di BI.

Setelah hampir satu tahun bekerja di BI, tekad untuk menjadi pengacara lagilah yang melahirkan semangat barunya kembali bekerja di kantor hukum. Awalnya Hotman memilih kembali ke kantor ABNP, tetapi tidak diterima. Ia pun melanjutkan karirnya di kantor pengacara Makarim & Taira S. Di sini, ia menghabiskan masa kerja selama kurang lebih 20 tahun dengan berbagai kedudukan. Di sini, ia menjadi pengacara di bidang corporate law dan kepailitan, yang kelak pada 1999 mengantarnya ke posisi sebagai “Raja Pailit”.

Kemampuan Memecahkan Masalah

Mungkin banyak orang bertanya, keterampilan apa yang membuat Hotman percaya bahwa dirinya dilahirkan memang sebagai pengacara (born to be a lawyer)? Salah satunya ialah kemampuan memecahkan masalah sebagai bukti yang sering dikatakan kepada orang bahwa dirinya born to be a lawyer. Hotman menyebutnya legal mind. Dalam buku Daniel W. Park The Legal Mind: How the Law Thinks (2013) disebutkan bahwa legal mind yaitu kemampuan berpikir untuk menjelaskan bagaimana cara hukum bekerja: mencari tahu kejadian sebenarnya dan aturan yang tepat untuk diaplikasikan.

Hotman vs Hotma dalam Perkara Pembunuhan Angeline. Sumber di sini.

Dari sini, diperlukan keterampilan menemukan fakta, menganalisa agar meminimalisasi penipuan, kesalahan ingatan, ambiguitas bahasa, hukum berlaku, dan lainnya. Menurut Hotman, hanya dengan jam terbang yang tinggi, maka ia akan mempunyai legal mind. Ketika diminta menangani perkara, seorang pengacara yang punya keterampilan legal mind, akan secara otomatis bekerja mencari jalan keluarnya.

Umpamnya, sebagai born to be a lawyer, saat menangani perkara kematian Engeline Megawe pada 2015 lalu, Hotman sudah menemukan kejanggalan ketika Agus Tay mengaku melakukan pembunuhan ini. Berbekal laporan perkara dari pihak kepolisian, Hotman menduga bahwa Margriet Megawelah pembunuhnya. Ternyata, setelah melalui proses sidang, dugaan Hotman pun terbukti bahwa ibu angkat Engeline Megawelah pembunuh yang sebenarnya.

Sumber foto: Tribun Bali & Retrobadge

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *