The Insecure Customers

  • 4 min read
  • Jan 21, 2021
Insecure Customers

Insecure customers ialah konsumen yang merasa rentan karena khawatir terhadap ancaman Covid-19, lemahnya daya tahan keuangan, sehingga membuat consumer confidence index menjadi turun.

Bagi dunia pemasaran, tahun 2021 tampaknya akan menjadi tahun yang cukup menantang karena munculnya fenomena insecure customers. Ia adalah jenis konsumen yang merasa rentan akibat adanya ancaman Covid-19, melemahnya daya tahan keuangan sehingga membuat level kepercayaan dirinya menurun. Adanya perasaan kerentanan ini, memposisikan mereka menjadi konsumen yang merasa tidak percaya diri terhadap masa depannya.

Di industri jasa keuangan, kita mengenal istilah vulnerable customer. Mereka adalah jenis konsumen yang rentan mengalami kerugian karena knowledge gap dan kesalahan perusahaan dalam pengelolaan keuangan karyawannya. Misalnya, membayar asuransi terlalu mahal, tidak mendapatkan benefit yang sesuai, dan sebagainya.

Mirip dengan vulnerable customer, insecure customers menghadapi kombinasi antara ancaman serius persebaran covid-19, penanganan yang kurang baik, menipisnya dana tabungan sebagai cadangan dan ancaman krisis ekonomi yang bisa berdampak pada masa depan pekerjaan, ini menjadikan mereka merasa “tidak aman” atau tidak ada jaminan keamanan.

Untuk mengetahui sejauhmana tingkat merasa aman konsumen, kita bisa melihat hasil survei LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) tentang indeks persepsi risiko (risk perception index) di DKI Jakarta. Survei yang dilakukan pada 29 Mei hingga 20 Juni 2020 jumlah 154.471 responden ini menemukan bahwa konsumen merasa agak terpuruk dalam bidang kesehatan (2.48) dan ekonomi (2.94) dari skala 1-5.

#1 Ancaman Covid-19

Covid-19 menjadi ancaman serius bagi siapapun di dunia, tak pelak konsumen di tanah air. Ada dua hal yang paling bisa dirasakan oleh insecure customers saat ini. Pertama, naiknya kasus harian Covid-19 di tanah air, sedikit-banyak, telah memepengaruhi tingkat kepercayaan publik terhadap Pemerintah dalam menangani pandemi ini. Ini terlihat dari naiknya kasus harian Covid-19, yang saat ini telah melebihi 10.000 kasus per hari. Dengan begitu, ini bisa membuat orang khawatir bahwa kondisi ini “tidak berkesudahan”. Wajar apabila setiap hari orang merasa tidak aman, khususnya risiko kesehatan.

Kasus Harian Naik Terus. Sumber data di sini.

Kedua, kondisi yang “tidak berkesudahan” ini membuat pertahanan diri harus lebih kuat. Pertahanan diri ini meliputi kekuatan dan kesehatan fisik, kesiapan mental akibat perubahan lingkungan atau pekerjaan, dana cadangan atau tabungan, serta hal lainnya. Dengan kata lain, semua itu menyangkut faktor keamanan daya tahan diri agar tetap survive. Tetapi, karena pandemi ini berkepanjangan dan efek dominonya merembet ke mana, Covid-19 membuat rentan pertahanan diri insecure customers. Tak sedikit orang yang merasa tertekan, usahanya tutup, konflik keluarga, pembunuhan, dan lainnya.

Adanya vaksin sempat membuat masyarakat optimis kita bisa keluar dari Covid-19, dan presiden berani pasang badan untuk memberikan contoh untuk vaksinasi. Tetapi, ini tak lantas langsung membuat semuanya kembali pada sediakala. Sederhananya, anggaplah badai sudah berlalu, tetapi “puing-puing” harus segera dibenahi agar bisa menjalankan masa depan. Menurut hemat saya, setidaknya kondisi ini membutuhkan waktu setahun lebih untuk comeback.

#2 Daya Tahan Finansial

Untuk melihat bagaimana daya tahan finansial insecure customerss di Indonesia, mereka cenderung pesimistis. LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab NTU mengeluarkan hasil survei indeks persepsi risiko di bidang ekonomi menunjukkan bahwa daya tahan konsumen di Jakarta memiliki skor 2.94 dari skala 5. Ini menandakan bahwa mereka cenderung agak rendah (rentan). Dari segi penghasilan, umumnya mereka mengalami pengurangan yang cukup signifikan. Dari jumlah responden yang disurvei, mereka mengatakan bahwa penghasilan berkurang cukup besar (33%), besar (17%) dan sangat besar (26%). Dengan demikian, ada 76% responden yang merasa penghasilannya berkurang.

Lalu, berapa isi kantong insecure customers saat ini? Bisa kita cek dari publikasi data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menunjukkan potret uang simpanan konsumen Indonesia seperti terlihat pada gambar di bawah ini (November 2020). LPS mengelompokkan 7 tingkatan nominal pemilik rekening (dana pihak ketiga) di bank (dengan buku bank 1-4). Data LPS memaparkan bahwa nilai nominal simpanan di bank per November 2020 mencapai Rp6.702 triliun. Tumbuh 10.3% dari tahun 2019. Jumlah rekening pun tumbuh double digit yaitu 14.2%, dari 301.697.958 menjadi 344.544.394.

Dari data tersebut, kita bisa melihat bahwa 98% jumlah rekening yang ada berada di kelompok <100 juta. Rata-rata uang simpanan mereka adalah Rp 2.742.767. Dengan demikian, jika kita simpulkan secara sederhana, kondisi keuangan atau isi kantong mayoritas insecure customers di tanah air cukup mengkhawatirkan dan terjadi ketimpangan yang cukup mengkhawatirkan.

Insecure Customers
Isi Kantong Insecure Customers Cenderung Tidak Aman

Apabila melihat historical data jumlah simpanan rekening di bank, ini terlihat kelompok mana yang mengalami kenaikan signifikan dan penurunan secara drastis. Ekonom Awalil Rizky, seperti dikutip dari Barisan.co, menunjukkan bahwa kelompok nominal <100 juta mengalami penurunan dari Oktober 2014-Oktober 2020. Pada Oktober 2014, rata-rata nominalnya adalah Rp 3.83 juta menjadi Rp 2.74 juta pada Oktober 2020. Pada kelompok >1 M-5 M ialah Rp 5.97 miliar (Oktober 2014) naik menjadi Rp 6.88 miliar (Oktober 2020). Sementara itu, untuk kelompok nominal >5M dari Rp 25.10 miliar (Oktober 2014) menjadi Rp 29.28 miliar (Oktober 2020).

Insecure Customers
Simpanan Kelompok <100 Juta Menurun

Dengan demikian, bisa kita simpulkan bahwa isi kantong insecure customers ini amat rentan. Bagaimana apabila mereka terkena Covid-19? Belum tentu semua ditanggung negara, belum pasti mereka memiliki asuransi kesehatan, dan jika harus merogoh kocek, sepertinya tidaklah cukup untuk mengongkosi keperluannya.

#3 Kepercayaan Konsumen

Meskipun asumsi ekonomi makro yang dirilis oleh Pemerintah akan menunjukkan tren positif, indeks keyakinan kosumen hasil survei BI menunjukan masih adanya kecenderungan pesimistis atau berada di area skor di bawah angka 100 (kecuali indeks ekspektasi kondisi ekonomi yang skornya selalu di atas angka pesimis). Memang, terjadi kenaikan secara perlahan sejak Juli, tetapi sempat turun pada Oktober, dan naik kembali di bulan November. Dengan begitu, ini bisa diartikan bahwa di tingkat elit masih memiliki optimisme tinggi akan membaiknya ekonomi saat ini, tetapi bagi insecure customers masih berada di tahap mencemaskan.

Insecure Customers
Indeks Kepercayaan Diri Konsumen Masih Pesimis

Dalam indeks keyakinan konsumen (seperti tergambar dalam grafik di bawah ini), yang paling terlihat agak terpuruk adalah indeks kondisi ekonomi saat ini. Sejak April mengalami penurunan yang siginikan, lalu perlahan mulai naik pada Oktober. Jika kita bedah pada indeks kondisi ekonomi saat ini, ini akan terlihat turunnya kepercayaan insecure customers. Skor pada indeks ini turun cukup drastis dari Maret ke April 2020. Secara agregat, sebelum April 2020, skor rata-rata di angka 106.1 ke atas. Lalu, sejak April-Desember 2020 adalah 55.6. Dengan demikian, mereka cenderung pesimis terhadap kondisi saat ini.

Misalnya, pada indeks penghasilan saat ini rata-rata sejak April-Desember 2020 adalah 58,1. Terendah berada di bulan Juni 46, lalu naik perlahan. Kemudian di indeks ketersediaan lapangan kerja ini sejak Januari 2020 pun sudah relatif di bawah 100, yang berarti pesimis. Ini kian dirasakan turun ketika memasuki April (41), Mei (28), Juni (24), lalu Juli naik (30), dan bulan-bulan seterusnya perlahan naik. Sejak April-Desember 2020, rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja adalah 35,9.Terakhir, di indeks pembelian barang tahan lama mulai turun signifikan pada April (83). Rata-rata dari April-Desember 2020 adalah 72.

Sumber foto: Katadata, Barisan.co dan Katadata Pantau Covid.

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *