Buku Bisnis 2020 untuk Personal Improvement di 2021

  • 5 min read
  • Jan 12, 2021
buku bisnis 2020

Tahun lalu, ada banyak buku bisnis 2020 yang bisa menjadi inspirasi untuk personal improvement di 2021. Apa saja? Enam buku penting untuk dibaca.

Meskipun tahun 2020 penuh diwarnai dengan Covid-19 yang membuat ruang gerak untuk bekerja agak terbatas, tetapi produktivitas penulisan buku relatif masih bagus. Bahkan, muncul buku-buku tema baru yang mengupas tentang pandemi secara global.

Secara makro, banyak pakar yang meramalkan kondisi tahun depan tidak lebih baik dari tahun ini. Ini dipicu oleh penanganan Covid-19 yang belum memperlihatkan hasil signifikan dan prediksi akan adanya krisis ekonomi karena performa ekonomi belum membaik dan beban hutang yang terlalu besar.

Akan tetapi, ada juga pakar yang mengatakan bahwa tahun 2021 itu tahun peluang. The year of opportunity. Tahun kebangkitan. Ini juga tidak salah, karena seiring ditemukannya vaksin Covid-19 serta tingkat vaksinasi di masyarakat kian tinggi, maka pemulihan ekonomi berangsur lebih cepat.

Lalu, bagaimana kita menyikapi tahun 2021 ini? Apakah target-target yang ditulis akan mudah dicapai? Saya memiliki seumlah daftar buku bisnis 2020 yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk personal improvement di tahun depan. Buku-buku ini memiliki cerita dan konsep menarik yang bisa Anda elaborasi.

buku bisnis 2020
6 Buku Bisnis 2020

#1 Joy at Work

Buku bisnis 2020 yang penting untuk dibaca sehingga meningkatkan kapabilitas diri adalah karya Marie Kondo dan Scott Sonenshein yakni Joy at Work (2020). Buku ini bercerita tentang bagaimana meja kerja yang rapi bisa meningkatkan performa kinerja. Sederhananya, menurut Marie Kondo, bahwa orang yang meja kerjanya selalu terlihat rapi itu mencerminkan kerapihan dalam bekerja. Mereka terlihat lebih tepat waktu, efisien, target-oriented, dan lainnya.

Buku ini menjadi full of story Marie Kondo menerapkan The KonMarie Method-nya dalam dunia kerja, baik physical maupun non-physical. Mengapa mengelola meja kerja itu penting? Ada banyak benefit. Pegawai menjadi lebih fokus, produktif, efisien dan bahagia. Makin rapi dalam pekerjaan, biasanya orang tersebut lebih mudah dipercaya dan dipromosikan. Mereka akan terlihat ambisius, percaya diri, cerdas, bersahabat, calm, dan target-oriented.

Sebaliknya, orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengelola meja kerjanya agar terlihat rapi, kerap tampak “berantakan”. Ini bisa berimplikasi pada cara kerja. Mereka menjadi kerap terlambat, mudah stres, unorganized, sehingga bisa berdampak pada kinerja.

“In a survey of one thousand working American adults, 90 percent felt that clutter had a negative impact on their lives. The top reasons they gave were lowered productivity, a negative mindset, reduced motivation, and diminished happiness.”

Marie Kondo & Scott Sonenshein, Joy at Work (2020).

#2 Tiny Habits

Buku bisnis 2020 yang tak kalah penting untuk Anda baca adalah Tiny Habits (2020) karya B.J Fogg. Selain Atomic Habits (2018), buku ini juga penting untuk dibaca agar bisa mencapai resolusi tahun baru. Mengapa? Pasalnya, banyak orang yang tidak achieve karena terlalu berpikir dan ambisi besar, tetapi bingung saat eksekusi. Buku ini memberikan tesis bahwa semua bisa dicapai dengan cara aksi-aksi sederhana atau ringan.

B.J Fogg mengembangkan suatu model untuk mengubah habit dengan cara enteng. Ia memiliki matriks yang terdiri dari variabel tingkat motivasi (motivation) dan kemampuan melakukan (ability). Di dalam motivasi, ada skala rendah (low) hingga tinggi (high). Kemudian di bagian kemampuan dalam melaksanakan resolusi yaitu relatif sulit (hard to do) dan mudah (easy to do).

buku bisnis 2020
Fogg Behavior Model

Menurut hemat penulis, orang yang sukses untuk merealisasikan target pencapaian dan mengubah perilakunya ialah ketika memiliki motivasi tinggi dan mudah untuk dilakukan. Bila digambarkan pada grafik, mereka yang akan enjoy mencapai targetnya adalah yang berada di atas garis action line. Bila berada dibawahnya, kemungkinan besar itu akan sulit terlaksana.

“The essence of tiny habits is this: take a behavior you want, make it tiny, find where it fits naturally in your life, and nurture its growth. If you want to create long-term change, it’s best to start small.”

B.J Fogg, Tiny Habits (2020).

#3 What’s Your Problem?

Setiap hari kita dihadapkan pada masalah. Dan, setiap saat kita dituntut untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Untuk itu, diperlukan keterampilan dalam memecahkan masalah agar bisa segera mengambil keputusan, sehingga dapat bergerak ke depan.

Dalam menghadapi situasi demikian, buku Thomas Wedell-Wedellsborg What’s Your Problem? (2020) ini penting dimasukkan dalam keranjang buku bisnis 2020 untuk personal improvement di 2021. Dengan gaya analisa yang enak dicerna, Thomas menulis betapa pentingnya kita memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien.

Selama ini, kita banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan masalah dan solusinya. Baik untuk permasalahan di rumah, kantor ataupun urusan lainnya. Energi, waktu dan uang dicurahkan untuk menyelesaikan persoalan. Tetapi, banyak orang yang menurut Thomas tidak menghasilkan solusi tepat.

Menurut Thomas, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masalah itu sendiri. Solusi yang efektif akan mudah ditemukan bila kita bisa memahami masalah itu sendiri. Begitulah kira-kira hipotesa buku ini. Jadi, bila ada orang yang mengkritik, bisa jadi ia membantu kita untuk mencerna permasalahan yang kita hadapi. Mengkritik itu bagian dari solusi.

“The way you frame a problem determines which solutions you come up with. By shifting the way you see the problem—that is, by reframing it—you can sometimes find radically better solutions.”

Thomas Wedell-Wedellsborg, What’s Your Problem? (2020).

Bagaimana untuk bisa memecahkan masalah dengan efektif dan efisien? Thomas menyebutnya reframing the problem: menemukan masalah di dalam masalah dengan kerangka kretif dan lebih luas. Caranya bisa dilakukan bila kita mengenali masalahnya, mampu menganalisa dan baru memecahkannya.

Thomas mencontohkan bagaimana seorang pengelola gedung yang menghadapi keluhan karena eskalatornya dinilai lambat dan pengunjung tidak suka menunggu. Pilihannya: ia harus membuat eskalator berjalan lebih cepat dengan upgrade teknologi atau membuat orang menikmati berjalan di eskalator. Pilihan terakhir diambil karena lebih efektif dan efisien. Cukup menambahkan cermin pada sisi eskalator, setiap pengunjung nyaman berjalan di eskalator. Ini bisa kita coba untuk pemecahan masalah sehari-hari.

buku bisnis 2020
Reframing the Problem

#4 Shorter

Adanya pemberlakukan work from home (WFH) akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat orang merasa tidak produktif. Pasalnya, orang merasa tidak memiliki ruang dan waktu yang lebih leluasa, sebagaimana biasanya. Umpamanya, di Jakarta, walaupun office hour umumnya selama 8 jam (08.00-17.00), tetapi mereka bisa lebih dari itu. Tak heran, apabila banyak orang merasa adanya WFH jam kerja terbatas dan fokus kerja terganggu karena distraksi.

Atau, ada juga yang merasa bahwa saat penerapan WFH, tak sedikit orang merasa jam kerjanya lebih panjang daripada work from office (WFO). Waktu yang dianggap fleksibel dan realisasi target kerap dijadikan alasan untuk pekerjaan

Overwork is counterproductive.

Alex Soojung, Shorter (2020).

Akan tetapi, salah satu diantara buku bisnis 2020, buku Shorter (2020) bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengubah cara kerja selama ini. Sebenarnya di buku Rest (2016), Alex Soojung telah menemukan bahwa karya besar itu lahir dari seniman ataupun pengarang dunia dengan cara work less, rest more.

Kini, di buku terbarunya Shorter, Alex menemukan bahwa memperpendek jam kerja dengan tidak mengurangi salary dapat meningkatkan revenue dan layanan konsomen yang oke. Mengapa? Makin pendek jam kerja, karyawan makin sama jam kerja, tidak stres, makin kreatif dan lebih bahagia. “Let’s shorten the work today to have more time to surf,” ujarnya.

#5 User-Friendly

Konon katanya, sebelum lahirnya istilah UI & UX, para inovator telah menemukan pola untuk menciptakan solusi yang dibutuhkan pelanggan dan kemudahan penggunaan produknya. Kodak sukses mendominasi pasar film & fotografi sejak akhir abad IXX karena slogannya “you press the button, we do the rest“. Solusi yang wow, harga kompetitif dan mudah digunakan.

“In an era in which 2.5 billion people own smartphones, user experience now occupies the center of modern life, remaking not just our digital lives but also business, society, even philanthropy.”

Cliff Kuang & Robert Fabricant, User-Friendly (2020).

Di buku User-Friendly (2020) ini, Cliff Kuang dan Robert Fabricant menelusuri sejarah kesuksesan produk-produk hebat yang mendominasi pasar. Hasil temuannya, produk hebat lahir dari kekuatan user-friendliness. Secara sederhana, user friendly itu adalah easy to want (wonderful solutions) dan easy to user (user experience & user-centered design). Sejak dulu, para inovator sudah mengaplikasikannya. Namun, Apple dan Steve Jobs pada 1984 yang berhasil mendompleng dan mempopulerkannya. Kini, user-friendly menjadi sebuah magic words yang mentransformasi kehidupan kita sehari-hari.

Apa manfaat buku bisnis 2020 ini? Menurut hemat saya, buku ini bermanfaat untuk mereka yang memilih profesi sebagai entrepreneur. Dengan membaca buku ini, kita tahu bahwa produk yang hebat berasal dari kemampuannya mengimplementasikan user-friendly. Produk yang ramah bagi penggunannya ini akan menghasilkan akuisisi pasar dan ekuitas merek yang bisa lebih kompetitif dengan established player.

#6 Step Back

Di tengah dunia yang makin kompleks, serba tidak pasti dan data-saturated, berpikir secara mendalam terhadap masalah yang dihadapi dan keputusan yang dibuat menjadi kebutuhan. Mengapa? Dengan kecenderungan banjir informasi, ritme pekerjaan yang dituntut serba cepat dan full of target, membuat orang memiliki waktu yang sedikit untuk refleksi diri.

Padahal, kebutuhan untuk refleksi diri dan “me time” ini penting bagi kesehatan mental setiap orang. “Life is surfing a wave,” tulis Joseph L. Badaracco di bukunya berjudul Step Back: How to Bring the Art of Reflection into Your Busy Life (2020). Oleh karena itu, di tengah keseharian yang penuh distraksi, salah satu bagian penting dalam personal improvement adalah merenung atau refleksi diri.

“Reflection can help you with ‘adjusting and trying to stay on the wave.”

Joseph L. Badaracco, Step Back (2020).

Sumber foto: PBS.org

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *